Vladimir Putin Dipandang Sosok Yang Dekat Dengan Islam

0
34
Presiden Rusia Vladimir Putin memeluk erat salinan Al-Quran pemberian Arab Saudi yang diterimanya saat berkunjung ke Masjid Juma di Derbent di Dagestan, Rusia, 28 Juni 2023.(foto:dok.arabnews)

KLIKMU.CO – Presiden Rusia Vladimir Putin, oleh sebagian kalangan muslim dianggap sebagai salah satu figur dunia yang pro-Islam, yang didasarkan pada beberapa alasan kebijakan yang diambilnya.
Mulai dari dukungannya kepada perjuangan Palestina dalam melawan Israel, pelarangan praktik lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT), kecaman terhadap pembakaran Al-Quran hingga kebijakan politik luar negerinya yang cenderung pro pada negara-negara Islam.
Terbaru, foto Putin saat memeluk erat salinan Al-Quran pemberian Arab Saudi yang sempat viral, hingga dipajang di jalanan Lebanon dengan penuh euforia.
Menurut kepala Kantor Roslivan untuk Kerjasama Rusia-Lebanon, pihaknya sengaja menyelenggarakan kampanye tersebut, di mana Rusia dijadikan contoh sebagai negara yang memperlakukan Al-Quran dengan mulia.
“Bagaimana agama harus diperlakukan dengan latar belakang pembakaran Al-Quran di Swedia,” katanya, dikutip Senin (10/07/23).
Dijelaskan juga bahwa foto di baliho itu merupakan gambar asli, saat Putin menerima salinan Al-Qur’an selama kunjungannya ke Masjid Juma di Derbent di Dagestan, Rusia, 28 Juni 2023, dimana Al-Quran tersebut merupakan hadiah dari Mekkah, Arab Saudi.
Saat menerima salinan Al-Qur’an tersebut, Putin menyampaikan kecamannya terhadap pembakaran ke kitab suci Al-Qur’an yang kerap terjadi di beberapa negara.
“Penodaan Al-Qur’an adalah kejahatan dan akan dihukum di Rusia,” kata Putin pada hari Rabu (29/06/23) sebagaimana dilansir dari Arabnews.
Selama kunjungan ke Derbent di Republik Otonomi Dagestan yang mayoritas Muslim, Putin mengatakan meskipun negara lain gagal menghormati kesucian Al-Qur’an, Al-Qur’an akan selalu dihormati di Rusia.
“Di negara kami, ini adalah kejahatan baik menurut Konstitusi maupun hukum pidana,” katanya saat bertemu dengan perwakilan Muslim dari Dagestan.
“Al-Qur’an suci bagi umat Islam dan harus suci bagi orang lain,” kata Putin sambil mengucapkan terima kasih kepada perwakilan atas hadiah tersebut.
Awal 2023, pernah terjadi insiden pembakaran Al-Qur’an di depan sebuah masjid di Rusia oleh Nikita Zhuravel, seorang warga kota Volgograd, Rusia.
Ia kemudian ditahan karena dianggap memprovokasi negara bagian Chechnya yang mayoritas Muslim, di mana ribuan orang memprotes hal itu. Komite Investigasi Rusia mengklaim bahwa terdakwa mengaku bertindak karena dibayar 10.000 rubel.
Menteri Kehakiman Rusia Konstantin Chuichenko kemudian memutuskan, Zhuravel harus dikirim untuk menjalani hukumannya di salah satu lembaga pemasyarakatan yang terletak di wilayah dengan mayoritas penduduk Muslim.
Relasi Putin sebagai individu atau Rusia sebagai negara dengan Islam, sebenarnya berkaitan erat dengan posisi agama itu di Rusia, dimana populasi Islam di Rusia tergolong besar, meski mendapat status minoritas.
Mengacu pada data United States Commission on International Religious Freedom (2022), Islam menempati peringkat ke-2 setelah Kristen Ortodoks sebagai agama terbesar dengan persentase 5% atau 14 juta penduduk Rusia. Bahkan, populasinya konon lebih besar jika mengacu pada paparan Imam Besar Rusia, Sheikh Rawil Gaynetdin pada 2018 yang memaparkan sekitar 25 juta umat–setara jumlah gabungan penduduk Jakarta dan Banten.

Moyang Putin dekat dengan Islam
Merujuk tulisan Geoffrey Hosking dalam Russian History (2012), bangsa Rusia atau proto-Rusia (selanjutnya disebut Rus) mulai mengenal islam pada abad ke-7, saat mereka mulai berinteraksi dengan pedagang dari Arab dan Persia yang beragama Islam, dimana selain melakukan transaksi ekonomi, juga memperkenalkan Islam kepada bang Rus. Sejak saat itu bangsa Rus mulai mengenal Islam dan meninggalkan penyembahan kepada matahari, bulan dan angin.
Saat Vladimir The Great yang mempersatukan bangsa Rus di bawah negara Slavic baru bernama Kievan Rus, yang kelak berganti nama menjadi Rus-ia, atau Rusia Modern, Vladimir diharuskan memilih agama negara yang bisa dianut olehnya dan juga penduduk. Kala itu, ada banyak pilihan, dari mulai Islam, Kristen, dan Yahudi.
Saat itu Islam memiliki peluang besar karena mayoritas penduduk saat itu adalah umat Muslim. Dan Vladimir pun hampir menjadikan Islam sebagai agama wajib negara.
Vladimir mengundang seluruh perwakilan agama, untuk meminta pandangan tentang ajaran agama masing-masing.
Dari Islam, diwakili oleh kelompok muslim dari Bulgaria Volva menjelaskan bahwa ciri utama Islam adalah larangan praktik minum alkohol, tidak melakukan seks di luar nikah, tidak makan babi, dan melakukan sunat bagi pria. Praktis, Vladimir yang kerap melakukan hal-hal itu seketika tidak senang.
Menurut kronik itu, Vladimir mengucapkan ungkapan legendaris, “minum adalah kesenangan semua orang Rusia. Kita tidak bisa hidup tanpa kesenangan itu”. Alhasil, Vladimir lantas memilih Kristen Ortodoks sebagai agama resmi negara yang terbaik.

Pandangan Putin tentang terorisme Islam
Tahun 2015-2017, sutradara Oliver Stone pernah beberapa kali melakukan mewawancara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang kemudian ditayangkan dalam seri dokumenter TV tahun 2017 dengan judul The Putin Interviews.
Dalam wawancara tersebut Oliver Stone bertanya kepada Putin, “Di Rusia banyak kaum muslim, bagaimana pemerintah mengawasi orang muslim di Rusia?”
Menanggapi pertanyaan itu, Vladimir Putin menjawab, “Mengapa orang muslim harus diawasi? Rakyat Rusia banyak yang muslim. Di Moskow saja ada 15 persen orang muslim. Tidak pernah ada masalah.”
“Kami tidak pernah menganggap orang muslim masalah. Anggapan itu hanya politik Amerika Serikat dan sekutunya. Terorisme misalnya, kapan Islam mulai diidentikkan dengan terorisme? Setelah perang dingin berakhir,” katanya dengan ekspresi serius.
Putin lantas menyebut jika Amerika Serikat butuh musuh baru agar industri senjatanya tetap berputar berproduksi.
Ia menyebut usai Perang Dingin dan bubarnya Uni Soviet, tidak ada lagi musuh dunia barat yang disebut Blok Timur.
Putin juga heran mengapa NATO masih ada dan bahkan masih memperkuat diri sampai hari ini ketika “elang” dan “beruang” berdamai.
“Untuk apa NATO dipertahankan bahkan diperluas? Bukankah Rusia tidak lagi menjadi musuh Amerika Serikat? Lalu siapa musuh NATO? Amerika Serikat selalu tidak konsisten dengan ucapannya. Berbuat sesuka hati. Itulah bahayanya adikuasa tunggal di dunia,” kata Putin.
Salah satu momentum kebohongan ini disebutkan Putin ketika Barrack Obama memimpin Amerika Serikat lalu mengingkari janji, terkait penutupan penjara Guantanamo yang kontroversial.
Akhirnya sampai Obama lengser digantikan Donald Trump, Guantanamo masih aktif beroperasi.
“Rusia dan dunia sudah biasa menyaksikan inkonsistensi Amerika Serikat,” kata Vladimir Putin.
Putin menyebut nasib Islam di masyarakat saat ini yang dikatakannya sama seperti Uni Soveit pada masa Perang Dingin.
Saat itu, Uni Soviet jadi propaganda dunia barat hampir dalam segala aspek kehidupan.
Ia mencontohkannya dengan serbuan Amerika Serikat ke Irak berdalih mencari senjata pemusnah massal.
Akhirnya Irak hancur, dan Amerika Serikat menciptakan ISIS guna memastikan konflik di Timur Tengah tetap ada.
Kemudian ketika masyarakat dunia jenuh dengan isu terorisme Islam yang digaungkan Amerika Serikat, Putin sudah menerka pihak mana lagi yang diciptakan untuk menjadi musuh bersama Amerika Serikat.
China kini jadi musuh Amerika Serikat karena kebangkitannya mengancam perekonomian Amerika Serikat.
Perang dagang China – Amerika Serikat dan Perang Dingin modern menjadi sumber ketegangan kedua negara.
Indonesia berada di tengah ketegangan ini, karena perseteruan Washington dan Beijing potensial menciptakan ketegangan baru di Laut Natuna Utara. (mhd)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini