Bermuhammadiyah tanpa Membenci Yang Lain

0
50
Kiai Nurbani Yusuf, dosen UMM, pengasuh komunitas Padhang Makhsyar. (Foto Klikmu.co)

Oleh: Dr Nurbani Yusuf MSi

Kemuhammadiyahan saya tak luntur hanya karena memuji NU, juga tidak bertambah kuat hanya karena merendahkannya.

Gus Baha’ pernah bertutur bagus:

Ber-NU tanpa membenci Muhammadiyah, dan sebaliknya bermuhammadiyah tanpa harus membenci NU.

Saya tidak tahlilan, tidak yasinan, tidak kirim hadiah pahala, tidak baca sayidina saat tahiyat, tidak baca nawaitu saat niat, tidak qunut shalat Shubuh, Tarawih 11 rakaat, tidak selamatan ketika orang tua meninggal, tidak tawashulan, tidak manaqiban, tidak berzanjen, tidak diba’an dan puluhan tidak-tidak yang lain. Tapi saya tak pernah mencela atau membidahkan pada yang mengerjakan.

Jamaah di ranting tidak saya ajari membenci, tidak saya ajari merendahkan yang tidak sepemahaman. Sebaliknya, saya ajarkan berkasih sayang saling memahami meski berbeda pandangan—di atas semuanya adalah ukhwah islamiyah,

Bahwa kita semua bersaudara bagai satu tubuh. Jika NU sakit Muhammadiyah juga ikut sakit. Jika LDII HTI salafi dan saudara sesama mukmin lainnya bersedih, kami juga ikut bersedih. Syariat Islam tak bisa ditegakkan sendirian, tapi bersama-sama saling berta’awun gotong royong berbaris bershaf-shaf rapi saling menggenapi.

Sejak kecil orang tua saya mengajarkan kasih sayang. Saya diajarkan memberi salam duluan, membalas kejahatan dengan kebaikan dan suka memberi betapapun itu. Saya diajarkan tidak mendendam, membenci, atau melaknat. Sebaliknya saya diajak suka memaafkan, mencintai, dan berkata lembut.

Dan itu sudah kami buktikan: 43 tahun silam masjid kakek buyut saya direbut, ayah dipermalukan diturunkan dari mimbar khatib Jumat, majelisnya dibubarkan, santrinya semburat tidak keruan, hingga kami bikin masjid baru dari tanah sendiri dan harta sendiri. Ayah melarang membalas, kami tetap tersenyum dan membalasnya dengan sukacita dan salam, tanpa mendendam.

Para salaf mendahulukan adab jika berikhtilaf—jangan mencela NU atau golongan lain, siapa tahu yang dicela lebih baik ketimbang yang mencela.

Al-Quran mengajarkan: jangan membalas keburukan dengan keburukan yang sama meski mampu melakukannya. Tolaklah keburukan itu dengan kebaikan yang lebih. Jangan kauhina bapak dan ibumu dengan menghina bapak dan ibu orang lain, dengan menghina dan merendahkan mereka akan membalas menghina dan merendahkan bapak dan ibumu.

Jangan menghina Tuhan selain Allah meski berbeda agama, nanti mereka akan membalas menghina Tuhanmu tanpa pengetahuan. Jangan menghina Injil, Taurat, Zabur, Trigveda, Zen, Avesta, nanti mereka akan membalas menghina Al-Quran.

Jangan merendahkan Siva, Yesus, Sidarta, Zoro, Asthura, nanti mereka akan merendahkan nabi saw. Jangan merendahkan NU, nanti mereka akan membalas merendahkan Muhammadiyah. Jangan melaknat, jangan berkata kasar. Pujilah… insya Allah akan kau dapatkan yang lebih baik sebagai teman yang setia.

Sesama mukmin diperintah lemah lembut, keras hanya dengan orang kafir, itu pun dengan banyak persyaratan. Salah satunya adalah: Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan (QS Al-An’am: 108).

Semoga mencukupi…

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini